SUKU ARAB DI INDONESIA

Di Indonesia, sejak jaman dahulu telah banyak di antara keturunan Arab Hadramaut yang menjadi pejuang-pejuang, alim-ulama dan da’i-da’i terkemuka. Banyak di antara para Walisongo adalah keturunan Arab, dan diduga kuat merupakan keturunan kaum Sayyid Hadramaut (Van Den Berg, 1886) atau merupakan murid dari wali-wali keturunan Arab. Kaum Sayyid Hadramaut yang datang sekitar abad 15 dan sebelumnya (Walisongo, kerabat dan ayahanda dan datuk mereka) mempunyai perbedaan fundamental dengan kaum Sayyid Hadramaut yang datang pada gelombang berikutnya (abad 18 dan sesudahnya).

Yang mana kaum Sayyid Hadramaut pendahulu, seperti dilansir Van Den Berg, banyak berasimilasi dengan penduduk asli terutama keluarga kerajaan-kerajaan Hindu dalam rangka mempercepat penyebaran agama Islam, sehingga keturunan mereka sudah hampir tak bisa dikenali. Sedangkan yang datang abad 18 dan sesudahnya banyak membatasi pernikahan dengan penduduk asli dan sudah datang dengan marga-marga yang terbentuk belakangan (abad 16-17) hingga saat ini sangat mudah dikenali dalam bentuk fisik tubuh dan nama.

Sampai saat ini, peranan warga Arab-Indonesia dalam dunia keagamaan Islam masih dapat terasakan. Mereka — terutama yang merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW — mendapat berbagai panggilan (gelar) penghormatan, seperti Syekh, Sayyid, Syarif (di beberapa daerah di Indonesia menjadi kata Apip, Wan atau Habib dari masyarakat Indonesia lainnya.

Di samping tokoh-tokoh agama, banyak pejabat negara dan tokoh terkenal Indonesia masa kini yang leluhurnya berasal dari Hadramaut. Nama-nama mereka antara lain:

* AR Baswedan (Menteri Penerangan 1947)
* Abdurahman Saleh (Jaksa Agung,2004-2007)
* Ahmad Albar (Artis penyanyi rock kelompok God Bless)
* Ali Alatas (Menteri Luar Negeri, 1988-1998)
* Alwi Shihab (Menteri Luar Negeri, 1999-2001; dan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2004-2005)
* Assaat (pemangku jabatan Presiden Republik Indonesia pada masa pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta yang merupakan bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS))
* Fuad Bawazier (Menteri Keuangan, 1998)
* Fuad Hassan (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 1985-1993)
* Husin Umar Alhajri (Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiah Indonesia, 1940-2007)
* Mar’ie Muhammad (Menteri Keuangan, 1993-1998)
* Mark Sungkar (Aktor Indonesia)
* Muchsin Alatas (Artis penyanyi dangdut)
* Munir (Ketua LSM Kontras, aktivis anti kekerasan)
* Quraish Shihab ( Menteri Agama, 1998)
* Rusdy Bahalwan (Mantan pemain dan pelatih Tim Nasional Sepak Bola Indonesia)
* Salim Al-Idrus (Pemain Sepak Bola : Pelita Jaya, Persib Bandung,
* Saleh Afiff (Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri, 1993-1998)

Ritual Ziarah

Di Hadramaut, banyak pemimpin agama yang makamnya diziarahi. Demikian banyaknya jumlah mereka, hingga bila ada seseorang dari Jakarta yang tinggal selama 40 hari di Hadramaut, belum tentu dapat menjangkau seluruh tempat ziarah yang ada.

Tempat ziarah yang paling terkenal adalah “Qabr Hud”, yang menurut kepercayaan orang Hadramaut adalah makam nenek moyang mereka, Nabi Allah Hud AS. Qabr Hud terletak di sebuah lembah, dan terdapat sebuah masjid berdekatan dengannya. Setiap tanggal 11 Sya’ban tahun Hijriah, tempat ini banyak didatangi para penziah. Mereka bukan saja berasal dari Hadramaut, melainkan juga dari berbagai negara yang ‘memiliki’ banyak keturunan Hadramaut. Mereka biasanya tinggal di gedung-gedung bertingkat tiga yang hanya digunakan pada saat acara ziarah. Pada hari itu juga ada pasar raya, yang suasananya kira-kira seperti upacara Sekaten di Yogyakarta.

Menurut tradisi, untuk ziarah ini para peziarah sebaiknya mandi terlebih dahulu atau minimal berwudhu di telaga Hud; yang terletak di bawah makam Nabi Hud. Selama tiga hari, kepemimpinan ziarah di Qabr Hud dilakukan secara berganti-ganti. Hari pertama dipimpin munsib Alhabsji, hari kedua oleh munsib Shahabuddin, dan terakhir yang paling meriah dipimpin oleh munsib Binsechbubakar. Begitu meriahnya akhir ziarah ini, hingga peluru-peluru dihamburkan ke udara. Upacara itu dilakukan oleh para pengawal BinSechbubakar, yang dikenal berpengaruh di Hadramaut.

Kerajaan Arab Indonesia
Keturunan Arab di Indonesia juga mendirikan beberapa kerajaan Islam seperti :

* Kesultanan Pontianak, Kalbar
* Kesultanan Siak, Riau
* Kesultanan Pasir, Kaltim
* Kerajaan Kubu, Kalbar
* Kerajaan Sabamban, Kalsel

Nama-nama Marga

Nama-nama marga/keluarga keturunan Arab Hadramaut dan Arab lainnya yang terdapat di Indonesia, antara lain adalah:

* Abud (Qabil) – AbdulAzis (Qabil) – Addibani (Qabil) – Afiff (Qabil)- Alatas (Sayyid) – Alaydrus (Sayyid) – Albar (Sayyid) – AlBathathi (Qabil) – Algadrie (Sayyid)- Alhadjri (Qabil) – Alhabsyi (Sayyid) – AlHamid (Sayyid) – AlHaddar (Sayyid) – AlHaddad (Sayyid) – AlHinduan (Sayyid) – AlJufri (Sayyid) – Alkatiri (Qabil) – AlMasyhur (Sayyid) – AlMuhdar (Sayyid) – Assegaff (Sayyid) – Attamimi – AlMuhazir
* Ba’asyir (Qabil) – Baaqil (Sayyid) – Bachrak (Qabil) – Badjubier (Qabil) – Bafadhal – Bahasuan (Qabil) – Baraja (Syekh) – Basyaib (Qabil) – Basyeiban (Sayyid) – Baswedan (Qabil) – Baridwan – Bawazier (Sayyid) – BinSyechAbubakar (Sayyid)
* Haneman
* Jamalullail (Sayyid)
* Bin Zagr (Qabil)
* Maula Dawileh (Sayyid) – Maula Heleh/Maula Helah (Sayyid) – Martak (Qabil)
* Nahdi (Qabil)
* Shahab (Sayyid) – Shihab (Sayyid) – Sungkar (Qabil)
* Thalib
* Bahafdullah (Qabil)

Trivia

* Yang Dipertuan Agung Malaysia 2001-2006 Tuanku Syed Sirajuddin adalah juga tokoh dari marga Jamalullail, yang leluhurnya berasal dari Hadramaut. Demikian pula dengan Menteri Luar Negeri, Malaysia, Syed Hamid Albar.
* Mantan Perdana Menteri Timor Leste dan tokoh sentral partai Fretilin, Mari Alkatiri, adalah juga keturunan Hadramaut.
* Di Arab Saudi, banyak keturunan Arab Hadramaut yang menjadi pengusaha-pengusaha sukses, seperti marga-marga Bin Laden (keluarga Osama Bin Laden), Bin zagr, Bin Mahfud, Bawazier dan Nahdi.
* Di antara marga-marga Hadramaut dari keturunan Sayyid yang pertama-tama ke Indonesia adalah dari keluarga Basyaiban, yaitu Sayyid Abdul Rahman bin Abu Hafs Umar BaSyaiban BaAlawi pada abad ke-17 Masehi. Ia menikah dengan puteri Sunan Gunung Jati, Syarifah Khadijah. Pernikahan ini akhirnya menurunkan banyak kyai di Indonesia. Abu Hafs Sayyid Umar adalah guru dari Syaikh Nuruddin Ar-Raniri, penasihat utama Sultan Iskandar Thani dari Aceh.

Pengaruh Bahasa Dan Pendidikan Hadhrami

Para imigran asal Hadramaut yang datang ke kepulauan Indonesia mayoritas tidak membawa istri. Akibatnya semua orang arab yang lahir di kepulauan ini membawa darah indo. Dan otomatis bahasa sehari-harinya adalah bahasa pribumi. Fenomena umum bagi mereka bermukim di kepulauan Hindia. Sebab jika mereka berada di rumah dengan anak-anak mereka tidak berkomunikasi kecuali dengan bahasa melayu atau bahasa daerah lain yang nota bene adalah bahasa yang digunakan anak-anak mereka sehari-hari.



Selain itu, di daerah koloni yang besar, saat anak laki-laki sudah dewasa, mulailah mereka belajar bahasa arab sedikit demi sedikit. terutama saat mereka berbincang-bincang dengan penduduk nenek moyang mereka. Lain halnya dengan anak perempuan yang tidak bisa berkomunikasi kecuali dengan anak pribumi yang tidak kenal bahasa arab sama sekali, juga karena mereka tidak bisa berbincang dengan anak laki-laki selain suaminya, atau yang masih tergolong mahram. Maka akibatnya kaum hawa tidak terlalu banyak tahu tentang bahasa arab kecuali hanya beberapa kalimat. Bahkan ada di sebuah keluarga yang tidak bisa berbahasa Arab meski istilah yang paling mudah sekalipun. Nampaknya sangat sulit bagi seseorang untuk belajar bahasa samiyah atau ariyah, jika dia tidak pernah memakainya sejak kecil, kecuali bahasa kepulaun Indonesia .

Begitu pula dengan anak-anak Eropa. Bahkan pelatihan bahasa pun tidak bisa membenahi kesalahan yang mereka dapatkan sejak kecil. Terbukti bahwa bahasa arab yang dipergunakan keturunan arab kadang-kadang kurang benar. Sampai orang arab tulenpun bisa membedakan siapa yang kelahiran arab dan siapa yang statusnya muwallad (dilahirkan di luar arab) dari sisi kemampuan berbahasanya.

Sedangkan orang arab yang masih ingin anaknya berpendidikan istimewa berupaya mengirim anaknya ke tempat sanak saudaranya di Hadramaut,dengan harapan supaya mereka hidup di lingkungan masyarakat arab yang jauh dari pengaruh kehidupan Jawa dan melayu. Anak-anak mereka yang tinggal disana menghabiskan waktu beberapa tahun untuk belajar bahasa ataupun budaya nenek moyangnya. Dan nampaknya Hadramaut memang tempat yang sangat kondusif dalam hal pendidikan bagi anak-anak muda. Sebab di Hadramaut anak-anak yang sekiranya dari keluarga menengah, aktifitas lanjutan selain pergi ke sekolah hanya belajar, dan beribadah. Sebab tidak ada sarana lain yang mereka punya untuk mengisi waktu, disamping memang sarana hiburan yang biasa kita dapatkan di kota-kota eropa atau kota besar di kepulaun Indonesia, tidak ditemukan, smisalnya: bioskop, warung-warung kopi, atau sejenisanya. karena sebagaimana diketahui kehidupan di Hadramaut saat itu dalam kesulitan yang berkelanjutan. Dan kiranya satu atau dua tahun masih belum cukup untuk merubah keturunan arab di Indonesia menjadi orang arab sejati. Apalagi setelah mereka kembali ke Indonesia mereka banyak mempergunakan bahasa melayu lagi dalam percakapan sehari-hari. Dan sebagian dari mereka cenderung mencari teman-teman lamanya, dan lebih menyukai bergaul dengan orang arab yang datang dari Hadramaut.

Dari semua fenomena di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kabilah bangsa arab di kepulaun Indonesia cenderung lenyap dan berbaur dengan penduduk pribumi. Bahasa semakin hilang dan tersembunyi, lalu nama-nama merekapun menghilang setelahnya. Sebagai contoh, undang-undang Islam melarang pernikahan perempuan muslimah dengan laki-laki yang beragama lain. tapi banyak dari mereka yang tidak memperdulikan undang-undang tersebut dan mereka merasa senang menikahkan putri-putri mereka dengan penduduk pribumi yang kedudukan sosialnya lebih tinggi.

2. Pengaruh Karakter Hadharim

Jika sebagian orang memfokuskan kepada hal-hal yang positif yang jarang dimiliki orang arab Hadhramaut, maka apa salahnya bila diakui bahwa merekapun mempunyai banyak kelakuan yang terpuji. Sesuatu yang mengesankan dari mereka adalah, kerajinan dan keaktifan mereka dalam bekerja. Tapi sayang kelebihan ini mulai hilang dari anak-anak mereka. Kesusahan setelah kekayaan orang tua mereka lenyap dan mereka tidak memilki keinginan yang kuat dan kemampuan yang cukup untuk mengembalikan kedudukan orang tua mereka seperti semula.

Dari sisi lain sangat jarang pembawaan antara keturunan arab dan penduduk pribumi mencapai derajat yang menjadikan mereka sebagai petani. Dan belum pernah terlihat salah satu dari mereka yang bekerja sebagai petani didaerah pedalaman jawa. Pentingnya keikutsertaan mereka dalam pengolahan sawah yang begitu menyulitkan dan dianggap syarat sebagai pembauran orang arab dengan pribumi di daerah-daerah pedalaman, nampaknya termasuk motif ketidaksenangan mereka dalam mencari rizki dalam bidang pertanian.

Dalam kondisi apapun jika orang arab menjadi penduduk setempat maka selalu menjadi bahan pembicaraan. Untuk itu mayoritas dari mereka hidup dengan sekumpulan warga dari golongan pengrajin atau golongan saudagar kaya. kadang-kadang sulit mengetahui bagaimana cara orang arab bisa mengahasilkan kebutuhan hidup. selama beberapa tahun yang lalu ada beberpa orang dari mereka mengajukan surat permohonan ke pemerintah hindia belanda agar mereka diakui sebagai warga seperti halnya penduduk pribumi, namun permohonan tersebut ditolak. bersamaan dengan itu kedudukan mereka dimata masyarakat tidak berubah. Dan realitanya mereka memperoleh pengakuan sebagai warga Negara yang dulu dihalang-halangi oleh pemerintah belanda.

Yang telah kami sebutkan sebelumnya berlaku bagi orang arab secara umum saja. Sebab ada beberapa pengecualian, misalnya sebagian orang arab yang berkedudukan tinggi di Singapura tetap mengajari putra-putri mereka berbahasa arab. Orang arab yang lahir di kepulaun hindia ada yang menghabisakan waktu lama di Hadhramaut sehingga dari mereka ada yang menikah di sana kemudian mereka menjadi orang arab seperti orang-orang sekitarnya. Bahkan sebagian dari mereka bisa meningkatkan potensi mereka dalam berbahasa arab, tanpa harus meninggalkan kepulauan Hindia, yaitu dengan cara belajar dengan sering bercakap-cakap dengan orang Hadhramaut, hanya saja semua itu sangat jarang.

Realita juga mendukung bahwa secara umum keturunan arab lebih cenderung mengikuti gaya hidup ibu mereka, yaitu orang pribumi. Oleh karena itu mereka berperangai lebih sopan dan lembut dari pada orang arab yang ada di Hadramaut, seperti halnya mereka rela membanting tulang dengan melarang orang tua mereka untuk melakukan hal itu, karena mereka berpendapat mereka lebih rendah tingkatanya.

Hal ini juga bisa kita perhatikan dari pensucian dan pengagungan kota Makkah al-Mukarromah oleh orang-orang pribumi ternyata juga dirasakan persis dengan pendatang arab. Terlebih saat meluasnya sosial masyarakat serta meningkatnya kebudayaan antara mereka dengan orang Hadhramaut. Hal itu bisa di ketahui dari perilaku sebagian keturunan orang arab yang pernah mengunjungi ke Makkah dan belum pernah berkunjung ke Hadhramaut. Sebaliknya kalau kita perhatikan bahwa orang Hadhramaut asli menganggap haji adalah kewajiban agama dan tidak begitu memperhatikan secara berlebihan seperti apa yang dilakukan pendatang arab di kepualauan Hindia. Dalam keadaan apapun tidak ketemukan rasa untuk mensucikan Makkah al-Mukaromah dari diri orang Hadhramaut tulen seperti yang kita dapatkan atau temui dari penduduk pribumi.

Proses pembauran orang-orang arab di beberapa daerah besar koloni berlangsung relatif sangat lambat ketimbang dari daerah yang masih didominasi etnis arab .Mereka yang asalnya dikatagorikan pemuka masyarakat berusaha untuk menjadikan anak mereka di kepulauan Hindia sebagai orang arab tulen, dan biasanya di percayakan kepada salah satu Sayyid atau orang arab yang berpendidikan untuk mendidik mereka lebih baik. Bahkan untuk tujuan tersebut mereka berusaha untuk menikahkan putra mereka dengan gadis arab dan bukan gadis pribumi. Upaya seperti ini tidak akan kita dapatkan dari orang Hadhramaut yang tidak mempedulikan apa-apa kecuali senjata.

Disamping itu. semua faktor-faktor yang memotivasi keterlambatan proses pembauran orang arab dengan penduduk pribumi tidaklah tetap dan juga tidak mutlak sampai ke stadium yang menghalangi proses tersebut secara keseluruhan. Semua menjelaskan kepada kita tentang fenomena etnis atau kesukuan secara alami. Fenomena tersebut menunjukan bahwa sedikit sekali keturunan orang arab yang masih memegang teguh karakter mereka sebagai keturunan arab untuk beberapa periode atau generasi. Dalam arti turun menurun dari orang tua dan nenek moyang sampai pribadi mereka sendiri juga termasuk keturunan arab.

Sebelum abad ke 19 jumlah orang arab di kepulauan Hindia relatif terbatas. Meski demikian realita mengatakan bahwa beberapa keturunan orang arab sudah menetap di kepulauan Hindia timur sejak beberapa abad yang lalu. Kiranya kita dapat menyaksikan kabilah-kabilah arab yang tinggal di kepulauan Hindia sejak dulu kala, terutama di Pontianak, Kubu, Siak, dan Palembang. Daerah tersebut termasuk wilayah koloni yang usianya tidak lebih dari 100 tahun (sejak th 1886). Di lain wilayah tersebut kita tidak akan menemukan keturunan arab kecuali sekelompok kecil saja yang nota bene sudah hidup selama beberapa generasi dan jauh dari komunitas arab. Sedangkan di beberapa daerah lain, keturunan arab bahkan generasi ketiganya pun jarang ditemukan, apalagi dengan mereka yang melebihi generasi ke empat. Meski demikian, wawasan yang termasuk langka ini - dan telah saya sebutkan diatas - tidak bisa memberi tahu kita secara pasti tentang lokasi tempat tinggal cucu–cucu orang arab yang datang di berbagai belahan kepulauan Hindia selama berabad-abad yang lalu.

Agaknya boleh dikatakan bahwa pembauran zaman dahulu lebih cepat dari pada zaman sekarang. alasannya adalah sedikitnya jumlah koloni di zaman sekarang, berangkat dari situ perlu sepertinya perlu untuk disebutkan beberapa contoh yang menjelaskan tentang proses pembauran kabilah-kabilah arab dengan pribumi .Dan contoh-contoh tersebut pasti sangat penting, karena ada korelasinya dengan proses penelitian ini. Yang ingin kita dapatkan adalah informasi tentang tempat anak cucu mereka mendirikan kerajaan Islam di pulau jawa. Karena mereka masih menempati tanah-tanah nenek moyang mereka sampai hari ini. Kabilah yang saya kunjungi adalah kabilah raja-raja Cirebon yang turun menurun langsung dari raja susuhan Gunung Jati, di kabilah ini bahasa arab menjadi tidak dikenal sama sekali dari generasi ke generasi, karena setiap individu dari mereka berdialog dan berbusana ala Jawa dan mengambil nama serta gelar Jawa.

Ada satu hal yang memberi indikator kepada kita akan usal-usul mereka yaitu dizinkannya bagi para sayyid untuk ziarah kubur ke makam kakek-kakek mereka. Kompleks makam tersebut terletak diatas anak bukit gunung jati. Dan selain para pemuka agama yang menjaga makam tersebut serta anggota keluarga dari kabilah raja-raja tidak di perbolehkan masuk, baik orang jawa, arab, eropa atau cina.

Menurut saya prasasti atau ukiran yang terdapat diatas makam dan terlatak di atas bukit jati tersebut adalah benar. dan mereka memang anak cucu dari keturunan arab generasi pertama yang sudah menjadi orang jawa pertama bersamaan dengan itu. kolono cirebon di anggap masih relatif baru jadi selama para raja masih memerintah, orang arab masih terbilang sedikit apalagi jika arsitektur istana di rancang oleh para raja tersebut dan ini adalah indikator adanya peninggalan bangsa arab zaman dahulu yang masih lestari. Sekalipun pengaruh orang cina lebih kuat dibanding pengaruh orang arab sendiri terhadap penduduk pribumi.

SYAPAKAH IMAM MAHDI

Suatu kali, Rasulullah SAW bersabda, “Konstantinopel akan jatuh ke atas tangan seorang Amir (ketua) yang baik lagi beragama, tentaranya tidak melampaui batas, tidak mencuri dan rakyatnya tidak penipu dan tidak bergaul bebas (baik)”. (Hadits riwayat Imam Abul Hasan Ahmad bin Jaafar).

Rasulullah SAW menyebut kejatuhan Konstantinopel tersebut secara umum, tanpa menyebut tahun, kurun mana, siapa, kaum mana dan siapa pemimpin tersebut.

Karena yang memberitahu peristiwa tersebut adalah Rasulullah SAW sendiri, maka sejak jaman Nabi SAW masih hidup, banyak di antara sahabat yang sangat bergairah dan berlomba-lomba untuk mewujudkan janji tersebut. Mereka berharap kemenangan tersebut akan terjadi di tangan mereka, di antara sahabat yang mencobanya ialah Abu Ayyub Al Ansari, Ahmad Al Ansari, Hamidullah Al Ansari dan Abu Tsabit Al Hudri. Makam-makam mereka berada di kota yang menjadi benteng kerajaan Romawi tersebut.

Pada saat itu, para sahabat belum berhasil merebut Konstantinopel, namun perjuangan tersebut terus berlangsung dari generasi ke generasi, hingga akhirnya kota tersebut jatuh hanya dalam waktu satu malam di tangan Muhammad Alfateh dari keturunan Bani Utsman, dalam kurun 600 tahun setelah sabda Rasulullah SAW di atas.

Namun demikian, perjuangan dan pengorbanan para sahabat bukanlah sesuatu yang sia-sia, dengan segala keyakinan mereka telah berusaha untuk mewujudkan janji-janji Allah SWT yang diucapkan lewat lisan Rasulullah SAW.
***

Diantara peristiwa yang akan terjadi di akhir jaman yang diberitahukan oleh Rasulullah SAW, adalah kemunculan seorang pemuda Bani Tamim beserta jamaahnya yang akan menyiapkan sebuah landasan yang kuat bagi munculnya seorang pemimpin umat di akhir jaman yaitu Imam Mahdi.

Seorang ulama hadits yang banyak mengkaji tentang pemuda ini adalah Imam Suyuti dalam kitabnya Jamiush Shaghir, bahkan karena saking inginnya beliau mewujudkan janji Rasulullah SAW itu, beliau juga berusaha untuk membentuk satu jamaah yang mendekati sifat-sifat pemuda Bani Tamim dan jamaahnya. Namun, seperti dalam peristiwa Konstantinopel, beliau belum ditakdirkan untuk dipilih menjadi pemuda tersebut.

Hadits Rasullah SAW mengenai pemuda ini diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW, sambil memegang tangan Saidina Ali RA, beliau bersabda : “Akan keluar dari sulbi ini seorang pemuda yang memenuhi bumi ini dengan keadilan. Maka apabila kamu menyakini demikian itu hendaklah bersama Pemuda Bani Tamim itu. Sesungguhnya dia datang dari sebelah Timur dan dialah pemegang panji-panji Al Mahdi.” (Hadis riwayat At Tabrani).

Di antara sifat-sifat yang melekat pada Pemuda Bani Tamim adalah :
Dia berketurunan Suku Tamim atau Bani Tamim ; Siapa sesungguhnya keturunan Bani Tamim, untuk hal ini terdapat perbedaan ijtihad di kalangan ulama. Di kalangan bangsa Arab ada satu kabilah yang bernama Tamim. Kabilah Tamim ini adalah satu kabilah dari bangsa Quraisy yang mendiami kawasan sekitar kota Makkah. Di antara sahabat yang berasal dari kabilah Tamim ialah sahabat yang paling setia kepada Rasulullah SAW,yaitu Abu Bakar as-Siddiq RA. Ulama lain berpendapat bahwa pemuda Tamim ini adalah berasal dari keturunan Ahlul Bait.
Keturunannya sudah bercampur dengan bangsa Timur ; Pemuda ini adalah seorang yang keturunan Bani Tamimnya telah bercampur dengan bangsa dari timur, ia lebih dikenal sebagai orang dari bangsa Timurnya daripada suku Tamimnya. Jika orang bertanya kepadanya, “Darimana engkau berasal?” Ia akan menjawab, “Dari Timur.” Jika ditanya pula, “Apa kebangsaanmu?” Pemuda Bani Tamim akan menjawab, “Aku dari bangsa Timur.” Keterangan ini dijelaskan oleh Imam Suyuti dalam kitabnya al-Jami’us Soghir.
Pemuda itu bernama Syuaib bin Soleh ; Menurut para penafsir nama tersebut bukan nama yang sebenarnya tetapi merujuk kepada suku bangsanya (suku kecil dari suatu bangsa), dia adalah seorang pemuda yang baik dan berasal dari keluarganya yang terkenal berakhlak baik. Dari segi bahasa Arab, kata Syu’bun berarti suku bangsa atau puak dari suatu bangsa. Sedangkan kata Syu’aibun berarti suatu suku kecil dari sebuah kabilah. Kata Bin berasal dari Ibnun artinya anak lelaki, sedangkan kata Soleh berarti orang yang baik, baik namanya, kepribadiannya, akidahnya, keturunannya, agamanya, pemikirannya dan juga akhlaknya.

Di samping itu, menurut Imam Suyuti dalam kitabnya al-Jami’us Soghir, secara lahir ada ciri-ciri khusus yang melekat pada pemuda ini. Ciri-ciri ini adalah merupakan bukti kecintaan pemuda ini untuk menghidupkan sunnah Rasulullah SAW dalam segala aspeknya :
Dia berkumis tipis, berjanggut panjang dan berjambang tipis ; Dalam Ihya Ulumuddin oleh Imam al-Ghazali disebutkan bahwa orang-orang wara adalah orang yang berkumis tipis. Janggut juga adalah sunnah Nabi SAW dan sunnah sekalian nabi dan rasul sejak zaman dahulu kecuali Nabi Adam AS, Nabi Adam AS memang sejak asal kejadiannya, tidak mempunyai janggut.
Dia memakai serban ; Saat ini amalan sunnah seperti serban ini sering diolok-olok dan diabaikan banyak orang.
Dia memakai jubah dan gamis berwarna hijau dan hitam; Pada saat itu hanya beliau dan jemaahnya sahaja yang memakai jubah. tidak ada pemimpin Islam lain yang menggalakkan jamaahnya untuk memakai jubah sebagai suatu sunnah Nabi SAW dan dengan niat mau membesarkan sunnah Nabi SAW itu.
Dia senantiasa memakai celak mata ; Celak juga amalan sunat. Setiap orang Islam sama ada lelaki atau perempuan adalah disunatkan memakai celak mata. Ada hadis Nabi SAW yang menyatakan bahawa bercelak itu sunat hukumnya. Para sahabat dahulu suka bercelak, kerana mengikut amalan Nabi SAW. Para ulama dahulu (salaf dan khalaf) yang solihin adalah golongan yang suka memakai celak. Mereka memandang perbuatan memakai celak itu sebagai suatu sunnah yang penting dan besar, terutama dalam mendekatkan diri kepada Khaliq.
Dia senantiasa memakai tongkat ; Tongkat juga merupakan sunnah Rasulullah SAW, para Khulafaur Rasyidin, para wali dan ulama muktabar zaman dahulu. Sungguh pun badannya masih segar dan boleh berjalan tanpa menggunakan tongkat, beliau memakainya sebagai suatu sunnah Nabi SAW yang perlu dijaga.
Dia bertubuh serba sederhana ; Tubuhnya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, bentuk tubuhnya tidak besar (gemuk) dan tidak kecil (kurus). Tubuh badannya adalah serba sederhana, sesedap mata memandang.
Kulitnya tidak terlalu gelap dan tidak terlalu putih ; Dikatakan kulitnya berwarna kuning, bahwa Nabi SAW menjelaskan bahawa Pemuda Bani Tamim itu memang bukan berkulit Arab karena orang Arab biasanya berkulit merah atau putih kemerah-merahan.
Dia bertutur dengan bahasa Ajam bukan bahasa Arab ; Pemuda ini sehari-harinya bertutur dengan bahasa lokal tempat ia hidup. Namun dia juga tetap bisa bertutur dalam bahasa Arab dengan baik dan fasih, sesuai dengan pendidikan dan suasana keluarganya yang mendorongnya mampu menguasai bahasa Ajam dan Arab.

Inilah sebagian dari ciri-ciri pemuda Bani Tamim yang dinubuwahkan oleh Rasulullah SAW. Lalu bagaimana kita menyikapinya ? Sebagaimana para sahabat RA, juga sebagaimana Imam Suyuti RA, maka kita seharusnya juga bergegas untuk menyambut dan mencari pemuda yang mempunyai ciri-ciri semacam itu. Insyaallah bersambung….

FAM-FAM ARAB

Suku Arab-Indonesia adalah penduduk Indonesia yang memiliki keturunan etnis Arab dan etnis pribumi Indonesia. Pada mulanya mereka umumnya tinggal di perkampungan Arab yang tersebar di berbagai kota di Indonesia -- misalnya di Jakarta (Pekojan), Bogor (Empang), Surakarta (Pasar Kliwon), Surabaya (Ampel), Gresik (Gapura), Malang (Jagalan), Cirebon (Kauman), Mojokerto (Kauman), Yogyakarta (Kauman) dan Probolinggo (Diponegoro),dan Bondowoso -- serta masih banyak lagi yang tersebar di kota-kota seperti Palembang, Banda Aceh, Sigli, Medan, Banjarmasin (Kampung Arab), Makasar, Gorontalo, Ambon, Mataram, Kupang, Papua dan bahkan di Timor Timur.

Orang arab secara umum dibagi menjadi 2 golongan: Gahtan dan Adnan. Gahtan merupakan putra arab asli, keturunan Nabi Nuh, salah satu anak dari gahtan bernama Hadhramaut. Keturunan Gahtan banyak terdapat di Yaman, terutama yaman selatan. Adnan merupakan keturunan Nabi Ismail. Salah satu keturunan Adnan adalah Nabi Muhammmad SAW.

Marga Arab Hadramaut merujuk kepada nama keluarga atau marga yang dipakai oleh keturunan bangsa Arab, yang berasal dari daerah Hadramaut di Yaman, yang letaknya di Jazirah Arab bagian selatan.
Berdasarkan asalnya, marga Arab Hadramaut umumnya dapat dibagi menjadi 2 golongan; yaitu marga-marga keturunan suku Arab Yaman asli (yang mana merupakan keturunan arab asli yang nasabnya bersambung ke Hadhramaut bin Gahtan, keturunan dari Nabi Nuh) dan marga-marga suku Arab pendatang yang mengklaim keturunan Nabi Muhammad (Alawiyyin), melalui jalur Ahmad bin Isa al-Muhajir yang hijrah ke Yaman sekitar tahun 319 H (898 M).

Koloni Arab dari Hadramaut diperkirakan telah datang ke Indonesia sejak abad ke-13. Sejumlah marga yang di Hadramaut sendiri sudah punah, misalnya seperti Basyeiban dan Haneman, di Indonesia masih dapat ditemukan. Hal ini karena keturunan Arab Hadramaut di Indonesia saat ini diperkirakan jumlahnya lebih besar daripada di tempat leluhurnya sendiri.
Daftar di bawah ini memuat beberapa marga Arab Hadramaut.

A
• Abbad, Abudan, Aglag, Al Abd Baqi, Al A budi,Al Aidid, Al Ali Al Hajj, Al Amri, Al Amudi, Al As, Al As-Safi, Al Aulagi, Al Aydrus, Al Ba Abud, Al Ba Faraj, Al Ba Harun, Al Ba Raqbah, Al Baar, Al Bagdadi, Al Baiti, Al Bakri, Al Bal Faqih, Al Barak, Al Bargi, Al Barhim, Al Bathathi, Al Bawahab, Al Bawazier, Al Bin Jindan, Al Bin Sahal, Al Bin Semit, Al Bin Yahya, Al Bukkar, Al Dames, Al Dzeban, Al Fad'aq, Al Falugah, Al Gadri, Al Hadi, Al Hadromi, Al Halagi, Al Hasani, Al Hasyim, Al Hilabi, Al Hinduan, Al Huraibi, Al Jaidi, Al Jailani, Al Jufrie' Al Jabri, Al Junaid, Al Kalali, Al Kalilah, Al Katiri, Al Khamis, Al Khatbah, Al Khatib, Al Kherid, Al Madhir, Al Mahdali, Al Mahfuzh, Al Mathar, Al Matrif, Al Mesfer, Al Maula Dawilah, Al Maula Khailah, Al Munawwar, Al Musawa, Al Mutahhar, Al Qaiti, Al Qannas, Al Rubaki, Al Waini, Al Yafi'ie, Al Yamani, AlMukarom, Ambadar, Arfan, Arghubi, Askar, Assa'di, Assaili, Assegaf, Assidawi, Assyiblie, Asy Syarfi, Attanfirah, Attamimi, Attuwi, Azzagladi,

B
• Ba Abdullah, Ba Attiiyah, Ba Atwa, Ba Awadh, Ba Dekuk, Ba Faqih, Ba Gabas, Ba Jamin, Ba Jammal, Ba Jasir, Ba Kheiri, Ba Sendit, Ba Sidawi, Ba Siul, Ba Syaib, Ba Syaiban, Ba Tebah, Ba Zara, Ba Zar'ah, Ba Zouw, Ba'asyir, Babadan, Babheir, Babsel, Babten, Bachrak, Badegel, Badeges, Badhawie, Ba'Dib, Ba'dokh, Badres, Badziher, Bafadual, Bafana, Bagadir, Bagaramah, Bagarib, Bagges, Bagoats, Bahadik, Bahafdullah, Bahaj, Bahalwan, Bahanan, Baharmus, Baharthah, Bahfen, Bahman, Bahmid, Bahroh, Bahsen, Bahwal, Bahweres, Baisa, Bajabir, Bajened, Bajrei, Bajruk, Bajuber, Bakarman, Bakrisyuk, Baksir, Baktal, Baktir, Bal Afif, Baladraf, Balahjam, Balahmar, Bala'mas, Balasga, Balaswad, Balaswat, Balasyrof, Balbeid, Baldjoen, Balfas, Baljun, Balu'lu', Balweel, Bamajbur, Bamakundu, Bamasak, Bamasri, Bamatraf, Bamatrus, Bamazro, Bamu'min, Banaemun, Banafe, Bana'mah, Banser, Baraba, Baraja, Barakwan, Barasy, Barawas, Bareyek, Baridwan, Barjib, Baruk, Basagili, Basakran, Basalamah, Basalim, Basalmah, Basamkho, Basawat, Basbeth, Basgefan, Bashandid, Bashay, Ba'sin, Baslum, Basmeleh, Basofi, Basulaileh, Basumbul, Baswel, Baswer, Basyahroh, Basyarahil, Basyrewan, Batarfi, Bathef, Bathog, Ba'Tuk, Baweel, Bayahayya, Bayasut, Bayusuf, Bazandokh, Bazargan, Bazeid, Billahwal, Bin Abd Samad, Bin Abdat, Bin Abdul Aziz, Bin Abri, Bin Addar, Bin Afif, Bin Agil, Bin Ajjaj, Bin Al, Bin Said, Bin Amri, Bin Amrun, Bin Anuz, Bin, Bisir, Bin Bugri, Bin Coger, Bin Dahdah, Bin Dawil, Bin Diab, Bin Duwais, Bin Eda, Bin Faris, Bin Gannas, Bin Gasir, Bin Ghanim, Bin Ghozi, Bin Gozan, Bin Guddeh, Bin Guriyyib, Bin Hadzir, Bin Hafidz, Bin Halabi, Bin Hamid, Bin Hana, Bin Hatrash, Bin Hilabi, Bin Hizam, Bin Hud, Bin Humam, Bin Huwel, Bin Ibadi, Bin Isa, Bin Jaidi, Bin Jobah, Bin Juber, Bin Kartam, Bin Kartim, Bin Keleb, Bin Khalifa, Bin Khamis, Bin Khubran, Bin Kuddah, Bin Mahfuzh, Bin Mahri, Bin Misfir, Bin Makki, Bin Maretan, Bin Mesfer, Bin Marta, Bin Mattasy, Bin Ma'tub, Bin Mazham, Bin Misfir, Bin Muhammad, Bin Muhammad, Bin Umar, Bin Munif, Bin Mutahar, Bin Mutliq, Bin Nahdi, Bin Nahed, Bin Nub, Bin On, Bin Qarmus, Bin Sadi, Bin Said, Bin Sanad, Bin Seger, Bin Seif, Bin Suid, Bin Sungkar, Bin Syahbal, Bin Syaiban, Bin Syamil, Bin Syamlan, Bin Syirman, Bin Syuaib, Bin Tahar, Bin Ta'lab, Bin Tebe, Bin Thahir, Bin Thalib, Bin Tsabit, Bin Ulus, Bin Usman, Bin Wahab, Bin Wizer, Bin Zagr, Bin Zaidan, Bin Zaidi, Bin Zimah, Bin Zoo, Bukhori, Bukkar

G
• Gadneh/Gitnah/Gathneh', Ghana', Gisymar, Gurdusy

H
• Haidrah, Hamde, Hamadah, Harharah, Harris, Hasni, Hatrash, Hayaze, Hubeisy, Humaid,

J
• Jawas, Jibran, Jabli, Jurhum

K
• Karamah, Karaman, Ka'wileh, Kurbi, Kuddah

L
• Lahmadi

M
• Machdan, Magadh, Mahbub, Mahdami, Makarim, Marbasy, Marfadi, Martak, Mashabi, Mesfer, Mugezeh, Mugheneh, Mukarram, Mukhasyin, Munabari, Musa’ad

N
• Nabhan, Nahdi

S
• Sabbah,Sallum, Shahabi, Shogun, Surur, Syagran, Syaiban, Syammach, Syawik,shegeir

U
• Ugbah, Ummayyer, Ubidun, Ubaidun

W
• Wahdin, Wakid,

Z
• Za'bal, Zeban, (Az)Zubaidi (Zabidi-Zabde), Zeger

 
KETURUNAN BANI TAMIM © 2012 | Designed by Cheap TVS, in collaboration with Vegan Breakfast, Royalty Free Images and Live Cricket Score